Hanya bangunan sederhana yang terbuat dari kayu. Awalnya begitu kumuh. Bagian depan bangunan yang hanya mempunyai luas 4 x 10 m2 itu pun begitu tidak menarik. Biasa. Dan terlihat kusam. Hanya saja tempatnya yang sedikit menarik yang berada di pinggir jalan. Anggap saja… sebuah keberuntungan, di tengah ketidakmenarikan bangunan itu. Dan yang juga, harga sewanya yang lumayan miring dari harga pasaran.
Biya sudah memimpikan akan punya Restaurantnya sendiri. Dengan konsep yang ingin dibuatnya, bagai terasa di daour sendiri. “Keep ini Your Kitchen” . Sudah lama dia menyiapkan Motto itu untuk Restaurannya. Mendampingi nama unik yang dipilih untuk rumah makannya.
Dia hobby makan. Dia juga tidak alergi pada makanan apapun. Dan dia pun bersedia untuk menjadi pencicip pertama hasil eksperimen masakan seseorang. Dan dia begitu hapal untuk kekurangan ataupun kelebihan rasa makanan tersebut. Dan kritiknya tidak begitu nyeri untuk di dengar.
Kreatif. Selain hobbynya menyantap makanan apa saja, dia juga tidak ingin hanya dapat menikmati hasil, dia ingin membuat hasil makanannya sendiri. Menghasilkan masakan dari jari-jarinya sendiri. Mengolah bahan-bahan dari tangannya. Dan dia memang sunggug otodidak. Memasak dari hasil prakarsa otaknya. Dan tentu saja tidak selalu berhasil. Gagal memang sudah tidak kepalang tanggung. Bahkan sampai rumah makannya beberapa hari lagi tetap saja, hasil kreasinya banyak yang membuat teman-temannya yang bersedia untuk menjadi pencicip mengerutkan wajah mereka. Bergidik eneg atau muntah karena rasanya yang gak karuan. Jadi alhasil, yang menjadi menu di rumah makannya adalah menu-menu hasil lulus sensor lidah teman-temannya. Yang semuanya sesuai dengan resepnya atau memang hasil kreasi Biya.
Waroeng Kampoeng. Itu nama yang dipilih Biya. Pertama-tama tentu saja teman-temannya protes, ”gak ada nama yang lebih prestize atau modern, gitu?” rata-rata pada berkomentar begitu. Tapi Biya cuma nyengir dan berfikir alternatif lain. ”biar anak mudanya bilang Camp, bagaimana? Kan, kependekan dari Kampoeng??” ujar Biya asal dan cuek dengan idenya. Sebenarnya dia juga tidak terlalu memikirkan apa bisa dikatakan seperti itu. Dia juga tidak mau ambil pusing atas protes yang berlaku.
Dan jadilah Waroeng Kampoeng terpampang di bagian depan Rumah Makannya. Bangunan yang didesain Biya dan Cs-nya dengan gaya interior modern minimalis. Namun di bagian depan di desain dengan warna norak, merah bercampur hijau tua. Benar-benar tidak nyambung. Tapi itulah yang diinginkan Biya dan yang dipikirkannya.
Cs. Orang-orang yang tidak dapat dipisahkan dari Biya.
By: Fhati CL
2 komentar:
mmmmm....mantap
hahahahaha mantwepppppppppp
Posting Komentar